Wednesday 28 September 2022

PROGRAM MBKM MEMBAWA PERUBAHAN BAGI MASA DEPAN MAHASISWA? INI PENJELASANNYA!

 

Apa itu MBKM? Program MBKM merupakan singkatan dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang diharapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan agar mahasiswa dapat mengasah kemampuannya baik dari segi hardskill maupun softskill. Nadiem Makarim (Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia) menyebutkan, program MBKM bertujuan merangsang dan mendorong institusi perguruan tinggi untuk mengembalikan relevansi dan roh kemerdekaan dalam bidang pendidikan.

Sosialisasi Program MBKM Universitas Negeri Makassar

Program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) resmi diadakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sejak awal tahun 2020. Kemendikbudristek menawarkan beberapa program, yakni: Program Magang atau Praktek Industri, Proyek di Desa, Pertukaran Pelajar, Penelitian atau Riset, Wirausaha, Studi atau Proyek Independen,  Proyek Kemanusiaan, dan Mengajar di Sekolah. Plt. Dirjen Dikti, Prof. Nizam mengatakan bahwa dengan mengikuti program MBKM, mahasiswa dapat mengumpulkan portofolio untuk kebutuhan kerja.

Penganugerahan Penghargaan Program MBKM dari Kemendikbud Ristek

Berbagai kelebihan yang didapatkan oleh pihak kampus maupun pihak individu mahasiswa dalam melaksanakan dan menyukseskan program MBKM, seperti pendanaan (UKT, akomodasi dan biaya hidup), relasi, pengalaman praktik kerja lapangan, keliling nusantara, dukung percepatan kelulusan mahasiswa, dukung peningkatan akreditasi Program Studi dan masih banyak lagi. Dibalik banyaknya kelebihan yang didapatkan, program MBKM tentu juga memiliki kelemahan sejak diluncurkan. Mahasiswa seringkali mengalami kebingungan dalam pengumpulan berkas pendaftaran dan berkas diakhir kegiatan, pencairan dana yang seringkali mandek, kesulitan mahasiswa dalam konversi nilai yang seringkali dipersulit atau bahkan tidak diterima oleh pihak program studi, pihak instansi perguruan tinggi yang kurang sosialisasi terkait program MBKM sehingga seringkali terjadi miskomunikasi perihal konversi nilai mahasiswa.

Program yang diluncurkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia ini tentu memiliki kelebihan dan kelemahan dalam menerapkan kebijakannya. Namun, beranjak dari kelebihan dan kelemahannya, semua pihak berharap agar kelebihan yang dimiliki tetap dipertahankan dan kelemahannya dapat menjadi sebuah inovasi yang baru agar terwujud program kebijakan yang lebih mumpuni.

 

Penulis : A. Saskia Dwi Afika Idrus

Selengkapnya...

Monday 26 September 2022

Explore Wisata Budaya Tana Toraja: Jelajah Wisata Budaya Tahun 2022 UKM Pramukaa UNM mengeksplore keunikan Desa Kete' Kesu

 

Foto Bersama di Wisata Kete' Kesu Toraja Utara

Kabupaten Tana Toraja merupakan sebuah kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008, bagian utara wilayah kabupaten ini dimekarkan menjadi Kabupaten Toraja Utara.

Suku Toraja yang mendiami daerah pegunungan dan mempertahankan gaya hidup yang khas dan masih menunjukkan gaya hidup Austronesia yang asli dan mirip dengan budaya Nias sehingga, daerah ini menjadi salah satu obyek wisata di Sulawesi Selatan.

Pada tanggal 24 September 2022, Panitia Jelajah Wisata Budaya UKM Pramuka UNM melakukan perjalanan menuju Kete' Kesu untuk pembuatan video reporter dan wawancara bersama narasumber warga lokal setempat. Panitia yang ikut dalam perjalanan ini merupakan panitia yang terpilih sebagai tim untuk perjalanan ke Tana Toraja.

Suasana Menjelajahi Kete' Kesu Toraja Utara

Kete' Kesu menjadi salah satu titik untuk pembuatan video reporter dan wawancara narasumber terkait keunikan yang ada di Kete' Kesu. Kete' Kesu merupakan desa tradisional di Kecamatan Sanggalangi, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Kete' Kesu merupakan desa tertua di Sanggalangi, usianya diperkirakan mencapai 400 tahun. Desa Kete' Kesu seperti museum hidup, wisatawan yang berdatangan ke desa ini akan melihat tradisi unik masyarakat Toraja.

Harga tiket masuk Desa Kete' Kesu sebesar Rp 15.000. Wisatawan diluar provinsi yang ingin mendatangi Kete' Kesu, Anda harus naik pesawat menuju Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. Selanjutnya, perjalanan dilanjutkan melalui perjalanan darat. Terdapat bus dari Makassar menuju Rantepao Toraja. Perjalanan menuju Rantepao akan ditempuh dalam waktu delapan jam. Setelah itu, Anda harus melanjutkan perjalan ke Desa Kete Kesu dalam waktu satu jam. Jarak tempuh dari Makassar menuju Desa Kete Kesu kurang lebih 316 Km.

Kawasan Kete' Kesu menyediakan warung makan, penjual minuman, pusat oleh-oleh khas Tana Toraja, dan yang menjadi icon nya ialah Rumah Adat Tongkonan dan Pemakaman dalam goa alam dan goa pahat.

Di desa ini, wisatawan dapat melihat rumah adat Tongkonan yang berjajar rapi serta upacara adat rambu solo, yang merupakan upacara kematian. Rumah Tongkonan yang diperkirakan berusia lebih dari 300 tahun ini ditempati sekitar 20 keluarga.

Salah satu rumah adat Tongkonan di Desa Kete' Kesu telah diubah menjadi museum. Museum tersebut berisi benda-benda bersejarah, keramik Tiongkok, patung, belati, parang, hingga bendera pertama yang pernah dikibarkan di Toraja.

"Setiap rumah adat tongkonan memiliki maknanya masing-masing. Seperti  kepala kerbau berwarna belang memiliki peranan untuk menjaga wilayahnya dan menjadi kepala suku diantara semuanya, rumah adat tongkonan dulunya hanya dibuat oleh warga bangsawan. Tanduk memori sebagai memori jabatan, pimpinan berada ditengah." (Narasumber)

"Terkait pemakaman, yang sering kita datangi seperti pemakaman di Londa itu merupakan Goa Alam yang siapa saja bisa mengunjunginya. Sedangkan, untuk pemakaman keluarga bangsawan dibuat khusus diatas tebing yang dinamakan Goa Pahat dan hanya keluarga yang bisa mengunjunginya." Tambahnya.

 

Penulis: A. Saskia Dwi Afika Idrus

Selengkapnya...

Sunday 25 September 2022

Objek Wisata Makam Goa, Londa Toraja Utara menjadi salah satu kunjungan Explore Wisata Budaya Ukm Pramuka UNM

 

Foto bersama di wisata Londa

Kabupaten Toraja Utara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tana Toraja. Kabupaten ini memiliki visi yaitu “TORAJA UTARA, DAERAH WISATA BUDAYA KAYA PESONA DENGAN RAGAM KREATIVITAS DAN KASIH YANG MENYEJAHTERAKAN”. Maka tak heran jika Toraja Utara terkenal dengan berbagai objek wisata, kekayaan budaya dan adat istiadat yang masih sangat terjaga.

Salah satu tempat di Toraja Utara yang menjadi objek wisata budaya adalah LONDA. Pada tanggal 24 September 2022, UKM PRAMUKA UNM mengunjungi secara langsung beberapa objek wisata budaya di Toraja Utara, salah satunya yaitu LONDA.

Suasana menjelajahi wisata Londa

Londa merupakan objek wisata makam goa yang di dalamnya terdapat peti mati yang disusun menurut rumpun keluarga dan kasta dari keluarga, patung-patung yang dibuat untuk orang-orang tertentu (bangsawan) dan tengkorak jenazah yang sudah berumur ratusan tahun.

“ Londa itu adalah goa yang terbentuk secara alami dengan panjang ±30 m, di goa ini ada banyak peti jenazah yang disusun sesuai derajat keluarganya, semakin tinggi petinya maka semakin tinggi kastanya, jika peti jenazah sudah lapuk maka keluarga akan mengganti peti jenazah melalui ritual adat yang disebut upacara ma'nene'. Untuk melakukan upacara Ma'nene' ini keluarga harus menyediakan minimal 24 kerbau dan diantaranya harus ada kerbau belang. Di goa ini kita juga akan dapat koin-koin atau rokok yang berhamburan, itu merupakan sesajen dari keluarga jenazah" ujar narasumber di Londa.

Konon, Londa juga memiliki kisah yang romantis seperti Romeo dan Juliet. Kisah ini terjadi pada Lobo' dan Andwi yang bunuh diri karena tidak di restui. Tengkorak mereka pun di abadikan di Goa Londa.

2 tengkorak itu adalah tengkorak dari Lobo' dan Andwi, dulu itu mereka pacaran tapi tidak direstui jadi akhirnya mereka bunuh diri” tambahan narasumber di Londa.

Foto Bersama di Wisata Londa

Selain Kisah cinta Lobo' dan Andwi, Londa juga memiliki keunikan, Tidak jarang kita temukan peti jenazah yang di gantung tinggi di muka Goa. Butuh perjuangan untuk menempatkan peti jenazah itu karena peti diletakkan secara manual dan orang yang akan meletakkannya akan memanjat bebatuan goa terlebih dahulu.

“Jika dari keluarga bangsawan biasanya peti jenazah di gantung setinggi mungkin, jadi untuk menggantungnya juga kita perlu manjat secara manual dari batu ke batu kemudian peti jenazah di tarik menggunakan tali. Di peti itu sudah ada jenazah dan hartanya seperti emas, peralatan makan dan sebagainya. Peti itu di gantung tinggi supaya menjaga harta jenazah tersebut” tutup narasumber di Londa.

Londa memang terkenal dengan Goa yang terbentuk secara alami yang kemudian di jadikan tempat meletakkan jenazah bagi orang Toraja Utara. Perbedaan status sosial juga masih sangat kental di Toraja Utara, tidak terkecuali di Londa,sehingga untuk menyimpan peti juga digolongkan menjadi 3 tingkatan, tingkatan keluarga bawah,menegah dan tinggi atau dari keluarga bangsawan.

 

Penulis : Sahwa Ainul Magfirah

Selengkapnya...

Tuesday 20 September 2022

Jelajah Wisata Budaya: Mengenal Kain Tenun Sutera Khas Kabupaten Wajo

 

Foto Bersama Penenun Kain Sutera Khas Wajo

Dalam rangka Jelajah Wisata Budaya Tahun 2022, Tim Etnis Bugis dari UKM Pramuka UNM juga mendatangi salah satu kebudayaan yang ada di Sulawesi Selatan yaitu Kain Tenun Sutera di Kabupaten Wajo tepatnya pada hari Ahad, 18 September 2022.

Kain tenun sutera ini berasal dari kabupaten wajo, terkhusus di kota Sengkang Sulawesi Selatan yang sudah dari dulu terkenal sebagai kota penghasil Kain Tenun Sutera di wilayah Indonesia bahkan sudah terkenal sampai Mancanegara.

Proses pembuatannya tidak mudah, perlu beberapa tahapan dari rumah ke rumah dan juga masih menggunakan alat tradisional yang sepenuhnya mengandalkan tangan

"Proses pembuatannya itu berbeda-beda ada yang kasi benang saja, terkadang hanya bahan-bahan kain yang dibawa kesini untuk di produksi, belum ada motif masih bahan baku" ucap dari salah satu penenun.

Pemberian Plakat kepada Penenun Kain Sutera Khas Wajo

Setelah proses pembuatan, ada juga waktu dalam proses pembuatan Kain Tenun Sutera tersebut, waktu pembuatannya sesuai dengan motif dan jenis bahannya, jika motifnya mudah dan menggunakan bahan sutera india berkisar 9 hari dalam satu sarung, jadi dalam satu bulan dapat menghasilkan 2 buah sarung yang sudah jadi. Jika bahannya benang Sutera asli maka waktu dalam proses pembuatannya itu memakan waktu lumayan lama.

Berbagai macam motif dalam pembuatan kain Sutera ada Motif Borik Kaca Sitongko, Motif Canggi, Motif Pucuk, Motif asli dari Wajo yaitu Bunga Tosora dengan warna khasnya hitam dan masih banyak lagi motifn lainnya, untuk ukurannya sendiri berkisar 4 meter dalam satu sarung.

Bahan kain Tenunan Sutera ada dua yang sering diapakai oleh masyarat di Kota Sengakang yaitu ada Benang Asli Sutera (Sabbe Sutera) dan Benang India (Sabbe India). Adapun harganya sesuai dengan motif dan benang yang dipakai dalam menenun.

Selaku penenun di Kota Sengkang, hadera mengatakan harga satuan kain Tenunan Sutera yang sudah jadi itu berbeda-beda mulai dari harga termurah sampai harga termahal yang sudah sesuai dengan motif dan benang yang dipakai saat menenun.

"Harganya itu berbeda-beda sesuai dengan motif dan benang yang dipakai, kalau motifnya susah dan memakai benang india berwarna emas itu sekitar Rp.700.000, harga paling murah sekitar Rp.350.000 dan harga termahal Rp.3.500.000 yang merupakan asli dari Benang Sutera dan menggunakan motif Bunga Tosora" ujarnya

Untuk pemasarannya  bekersama dengan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), bisa juga melalui pasar-pasar yang ada di Sengkang dan dapat pula memesan secara langsung dengan mengunjungi tempat pembuatan kain tenun sutera tersebut.

 

Penulis : Nurliana

Selengkapnya...

Sunday 18 September 2022

Menjelajahi Museum LA PAWAWOI Kabupaten Bone

Foto Bersama di Museum La Pawawoi Kab. Bone

Dalam kegiatan Jelajah Wisata Budaya Tahun 2022, Tim Etnis Bugis dari UKM Pramuka UNM mendatangi Museum La Pawawoi di Kabupaten Bone pada hari Sabtu, tanggal 17 September 2022 yang berlokasi di Jl. M.H Thamrin No. 9, Watampone. Dalam menelusuri Museum kami dipandu oleh pengelola Museum yaitu Kak Haidir.

Museum LA PAWAWOI,  merupakan lokasi  bekas Istana Andi Mappanyuki Raja Bone Ke-32. Sedangkan nama dari museum diambil dari nama Raja Bone yang Ke-31 yaitu La Pawawoi Karaeng Sigeri.

Kak Haidir Menjelaskan Bone dalam Arus Sejarah terbagi dalam beberapa masa yakni, Masa Prasejarah (sekitar 7500 tahun yang lalu), Kerajaan Bone Masa Pra Islam (1330-1611), Kerajaan Bone Masa Islam (1611-1957), Masa Kolonial (1905-1945), Pasca Kemerdekaan (1945-1957-sekarang).

Museum La Pawawoi ini  memiliki koleksi kurang lebih 331 buah, diantaranya berupa rangka manusia Prasejarah (Situs Cappa Lombo), peralatan bissu, koleksi keramik, gerabah, stemple kerajaan, bendera, senjata, guci, songkok recca, peralatan tenun, koleksi piagam dari VOC serta bessi sikoi untuk Raja Arung Palakka, lansereng atau Peralatan menempa besi, sislsilah kerajaan Bone, koleksi foto kedatangan Soekarno, foto penangkapan Raja Bone La Pawawoi, dan koleksi lainnya berada di Arajangnge yang lokasinya tidak jauh dari Museum La Pawawoi itu sendiri.

Setelah beberapa menit menelusuri setiap sudut museum La Galigo akhirnya Tim Etnis Bugis UKM Pramuka UNM melanjutkan perjalanan ke lokasi berikutnya.

 

Penulis : Nurhidayah


Selengkapnya...

Saturday 17 September 2022

Jelajah Wisata Budaya: Kawasan Adat Ammatoa Kajang Kabupaten Bulukumba

Suasana Foto Bersama di Kawasan Adat Ammatoa Kajang

Setiap daerah memiliki banyak keunikan tersendiri dan ciri khas tersendiri yang membuat para wisatawan tertarik untuk mengunjunginya. Oleh karena itu, Kegiatan Jelajah Wisata Budaya Tahun 2022 Gugusdepan Kota Makassar 08-095 & 08-096 Pangkalan Universitas Negeri Makassar melakukan penjelajahan ke salah satu desa yang ada di Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan yang di sebut Kawasan Adat Ammatoa Kajang.

Bulukumba merupakan daerah yang dikenal dengan pesona keindahan wisata baharinya tetapi tak hanya itu terdapat sebuah Kawasan yang sangat unik dan tak banyak yang mengetahui tentang Kawasan tersebut.

Tim penjelajah (Anggota) dari UKM Pramuka UNM pun melakukan penjelajahan ke Kawasan tersebut pada hari Minggu 18 September 2022. Selama penjelajahan di Kabupaten Bulukumba kami juga di dampingi oleh Kak Musdar Asman S.Pd., M.Si, Kak Hj. Sumiati Patimari S.Pd., M.Pd selaku pembina Ambalan Ranggong Dg. Romo & Opu Dg. Risadju  dan Kak Mustainah S.Pd., S.I.Pem, MM selaku Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Gugusdepan.

Suasana Foto Bersama di Kawasan Adat Ammatoa Kajang

Kawasan Adat Ammatoa Kajang merupakan sebuah desa yang sudah ada sejak zaman penjajahan yang terletak di  Desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Memiliki hukum adat yang ekstrem dan sakral membuat suku adat ammatoa menjadi suku yang sangat ditakuti dan menjadi daya tarik bagi setiap orang yang ingin mengenal suku adat Ammatoa yaitu kehidupan masyarakatnya yang unik dan kebudayaannya yang masih terpelihara dengan baik. Adat dan budaya yang sangat di pertahankan hingga sekarang membuat kawasan tersebut menjadi banyak perbincangan di kalangan masyarakat.

Perjalanan memasuki kawasan tentunya para wisatawan tidak diperbolehkan memakai alas kaki dan tidak boleh memakai celana. Tidak jauh dari luar kawasan terdapat sebuah rumah yang menjadi batas kami bisa mengambil gambar dan membawa kamera. Perjalanan kami menuju rumah ammatoa di pandu oleh salah satu Pemangku Adat dari ammatoa sendiri.

Pada saat kami sampai di dalam kawasan keberuntungan pun kami dapatkan karena ammatoa ada di dalam rumahnya. "Tak banyak para wisatawan yang beruntung bertemu dengan ammatoa" ucap pemangku adat ammatoa. Ternyata ammatoa sendiri kadang tidak bisa di temui oleh para wisatawan. Ammatoa sediri merupakan pemimpin di desa tersebut.

Sistem kepemimpinan seperti yang telah di sampaikan oleh ammatoa bahwasanya yang menjadi pengganti ammatoa adalah keturunan dari ammatoa itu sendiri yang benar2 siap menjadi pemimpin atau Ammatoa selanjutnya. Masa pergantian ammatoa akan dilaksanakan setelah 3 tahun kematian ammatoa sebelumnya namun salah satu penduduk dari luar kawasan ammatoa mengatakan bahwa ammatoa diganti tergantung rezekinya jadi bisa kurang dari 3 tahun atau lebih.

Suasana Foto Bersama di Kawasan Adat Ammatoa Kajang

Warna hitam sudah sangat melekat dengan penduduk desa tersebut. Bentuk rumahnya sama dan menghadap ke satu arah, keunikan yang lainnya dapur dari setiap rumah berada di depan sehingga ketika kita memasukinya kita akan di suguhkan langsung oleh pemandangan dapur. Selain itu juga, kawasan ini tidak tersentuh dengan teknologi, bahkan listrik sekalipun. Desa ini juga sangat menjunjung tinggi etika kesopanan.

Ammatoa juga menjelaskan adat dalam pernikahan seorang wanita bisa menikah jika sudah pintar memasak maka dari itu kenapa dapur di setiap rumah berada di depan agar dapat di lihat bahwa anak-anak gadis sudah pandai memasak. Sedangkan untuk laki-laki harus sudah bisa bekerja dalam artian sudah siap menafkahi pasangannya ketika sudah menikah.

Kawasan tersebut masih menyimpan banyak keunikan yang dapat menarik para wisatawan untuk datang mencari tahunya. Namun kita belum tahu sampai kapan adat tersebut bisa bertahan karena saat ini sudah banyak perubahan yang terjadi seperti orang dari kawasan tersebut bisa menikah dengan orang luar dan ini bisa saja berdampak pada kebudayaan mereka jika terjadi secara besar-besaran.

 

Penulis : Sitti Mutmadania

Selengkapnya...

Jelajah Wisata Budaya 2022: Tempat Pembuatan Perahu Pinisi di Kabupaten Bulukumba

 

Suasana Kegiatan Jelajah Wisata Budaya Tahun 2022

Gugusdepan Kota Makassar 08-095 & 08-096 Pangkalan Universitas Negeri Makassar mengadakan kegiatan Jelajah Wisata Budaya Tahun 2022 pada tiga etnis yang ada di Sulawesi Selatan, yaitu Makassar, Bugis, dan Toraja. Wisata Budaya kali ini bertemakan “Eksplor Wisata, Bersama Pramuka Ekspresikan Budaya”, dalam penjelajahan kali ini kami mengeksplor Wisata dan Budaya yang ada di Etnis Makassar, salah satunya adalah Pembuatan Perahu Pinisi.

Jelajah Wisata Budaya kali ini, dihadiri oleh Pembina dan seluruh Panitia Pelaksana JWB. Selain itu, UKM Pramuka UNM menghadirkan Narasumber yaitu Bapak Ilham, untuk mengkaji lebih dalam mengenai Wisata dan Budaya yang ada di Etnis Makassar tepatnya di pembuatan perahu pinisi.

Suasana Wawancara bersama Narasumber

Kegiatan ini berlangsung pada hari Jumat s.d Minggu, tanggal 16 s.d. 18  September 2022.  Pada hari pertama kegiatan yang berlangsung pada hari Jumat 16 September 2022 kami melakukan pemberangkatan menuju Kabupaten Bulukumba sebagai Lokasi utama jelajah wisata budaya kali ini. Pada hari Sabtu 17 September 2022, kami melakukan jelajah wisata budaya ditempat Pembuatan Perahu Pinisi yang berlokasi di Desa Tana Beru, Kelurahan Tana Beru, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Tujuan daripada kegiatan ini untuk mengeksplor Wisata dan Budaya yang ada di Bulukumba, khususnya ditempat Pembuatan Perahu Pinisi. Selain itu, kami menghadirkan inovasi dari kegiatan Jelajah Wisata Budaya kali ini berupa Buku Panduan Wisata sebagai Output dari kegiatan yang telah kami laksanakan.

Jelajah Wisata Budaya kali ini kami kemas sangat menarik dengan melakukan Tour Wisata sambil menggali informasi yang ada ditempat Pembuatan Perahu Pinisi. Selain itu, kami juga membagi menjadi dua tim yaitu, tim pembuatan video wawancara dan tim wawancara. Untuk Tim Video Wawancara melakukan wawancara terhadap Bapak Ilham selaku Narasumber dan tim wawancara melakukan wawancara kepada warga yang berada disekitar Tempat Pembuatan Perahu Pinisi.

Suasana Berkeliling Melihat Kerangka Kapal Phinisi

Tempat pembuatan perahu pinisi sudah ada sejak zaman nenek moyang, orang Bulukumba terkenal memiliki kemampuan membuat Kapal Pinisi. Dengan tangan ajaibnya, mereka membuat Kapal Pinisi secara manual. Setiap pembuatan perahu pinisi dibandrol mulai harga 3m, sedangkan perahu yang kami temui di tempat tersebut haragnya 500m dan di pesan oleh orang Korea.

Karena perahu ini merupakan jenis perahu yang proses pengerjaannya tida mudah menurut penjelasan bapak Ilham pembuatan perahu pinisi sendiri memakan waktu hingga setahun namun lama pembuatannya juga tergantung dari uang yang di berikan oleh orang yang memesannya jika proses pembayarannya lancar maka proses pembuatannya pun lebih cepat.

Penulis : Irna Erviana

Selengkapnya...