Makassar, 8 November 2025−Rangkaian program “Jelajah Wisata Budaya” yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka Universitas Negeri Makassar (UNM) berlanjut ke destinasi keduanya, Benteng Somba Opu. Setelah sebelumnya mengunjungi Benteng Rotterdam, perjalanan menempuh perjalanan sekitar 25 menit untuk menelusuri situs bersejarah yang menjadi saksi kejayaan Kesultanan Gowa-Tallo ini.
Sesampainya di lokasi, suasana yang luas dan terbuka langsung menyuguhkan nuansa historis yang berbeda. Ruang lapang yang dihiasi pepohonan rindang dan sisa-sisa struktur pertahanan, memberikan gambaran jelas akan kegemilangan benteng ini sebagai pusat pemerintahan dan kegiatan besar pada masanya.
Salah satu fokus utama kunjungan adalah Museum Karaeng Pattingalloang, sebuah bangunan berarsitektur dua lantai yang menyimpan koleksi berharga peninggalan Kesultanan Gowa. Di dalamnya, kami dapat menyaksikan langsung berbagai artefak, mulai dari rempah-rempah yang menjadi komoditas utama, hasil seni rupa, keramik kuno, sisa-sisa artefak perang, hingga mata uang bersejarah. Museum lantai kedua menyajikan informasi mendalam mengenai sejarah benteng, sosok Karaeng Pattingalloang sebagai intelektual ulung, serta perkembangan teknologi dan pengetahuan pada masa itu.
Lebih dari sekadar destinasi wisata sejarah, Benteng Somba Opu kini berfungsi sebagai pusat kebudayaan dan aktivitas masyarakat yang dinamis. Di kawasan ini berdiri berbagai rumah adat dari etnis di Sulawesi Selatan, seperti Bugis, Mandar, Kajang, dan Toraja.
"Mari kita bangga bisa berada di sini. Di tempat ini, kita bisa menyaksikan keberagaman arsitektur Sulawesi Selatan dalam satu kawasan. Tanpa harus bepergian jauh ke setiap kabupaten, kita sudah bisa mengenal bentuk dan karakteristik rumah adat ini. Ini adalah representasi dari kekayaan budaya kita yang patut kita lestarikan," ujar seorang pendamping wisata kepada kami.
Selain untuk memperkenalkan kekayaan arsitektur tradisional, bangunan-bangunan ini juga seringkali digunakan sebagai pusat berbagai kegiatan, baik secara indoor maupun outdoor. Kini, rumah-rumah adat tersebut dapat disewa untuk berbagai keperluan masyarakat.
Untuk mendukung fungsinya sebagai pusat kegiatan, pengelola menyediakan sejumlah fasilitas yang dapat disewa oleh masyarakat umum dengan tarif sebagai berikut.
Baruga/Aula: Rp600.000,00 per hari
Rumah Adat Bugis: Rp200.000,00 per hari
Rumah Adat Kajang: Rp200.000,00 per hari
Rumah Adat Mandar: Rp300.000,00 per hari
Rumah Adat Toraja: Rp200.000,00 per hari
Melalui kunjungan ini, diharapkan kesadaran untuk melestarikan sejarah dapat tertanam lebih dalam pada generasi muda. Benteng Somba Opu mengajarkan bahwa identitas budaya dan nilai perjuangan adalah warisan hidup yang harus terus dipelihara agar menjadi kekuatan bagi generasi penerus bangsa.
Citizen Report: Wiska Putri Ayu
Editor: Humas UKM Pramuka UNM

















