Suasana Foto Bersama di Kawasan Adat Ammatoa Kajang |
Setiap
daerah memiliki banyak keunikan tersendiri dan ciri khas tersendiri yang
membuat para wisatawan tertarik untuk mengunjunginya. Oleh karena itu, Kegiatan
Jelajah Wisata Budaya Tahun 2022 Gugusdepan Kota Makassar 08-095 & 08-096
Pangkalan Universitas Negeri Makassar melakukan penjelajahan ke salah satu desa
yang ada di Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan yang di sebut Kawasan
Adat Ammatoa Kajang.
Bulukumba merupakan daerah yang dikenal dengan pesona keindahan wisata baharinya tetapi tak hanya itu terdapat sebuah Kawasan yang sangat unik dan tak banyak yang mengetahui tentang Kawasan tersebut.
Tim penjelajah (Anggota) dari UKM Pramuka UNM pun melakukan penjelajahan ke Kawasan
tersebut pada hari Minggu 18 September 2022. Selama penjelajahan di Kabupaten
Bulukumba kami juga di dampingi oleh Kak Musdar Asman S.Pd., M.Si, Kak Hj.
Sumiati Patimari S.Pd., M.Pd selaku pembina Ambalan Ranggong Dg. Romo & Opu
Dg. Risadju dan Kak Mustainah S.Pd.,
S.I.Pem, MM selaku Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Gugusdepan.
Suasana Foto Bersama di Kawasan Adat Ammatoa Kajang |
Perjalanan
memasuki kawasan tentunya para wisatawan tidak diperbolehkan memakai alas kaki
dan tidak boleh memakai celana. Tidak jauh dari luar kawasan terdapat sebuah
rumah yang menjadi batas kami bisa mengambil gambar dan membawa kamera.
Perjalanan kami menuju rumah ammatoa di pandu oleh salah satu Pemangku Adat
dari ammatoa sendiri.
Pada
saat kami sampai di dalam kawasan keberuntungan pun kami dapatkan karena
ammatoa ada di dalam rumahnya. "Tak banyak para wisatawan yang beruntung
bertemu dengan ammatoa" ucap pemangku adat ammatoa. Ternyata ammatoa
sendiri kadang tidak bisa di temui oleh para wisatawan. Ammatoa sediri
merupakan pemimpin di desa tersebut.
Sistem kepemimpinan seperti yang telah di sampaikan oleh ammatoa bahwasanya yang menjadi pengganti ammatoa adalah keturunan dari ammatoa itu sendiri yang benar2 siap menjadi pemimpin atau Ammatoa selanjutnya. Masa pergantian ammatoa akan dilaksanakan setelah 3 tahun kematian ammatoa sebelumnya namun salah satu penduduk dari luar kawasan ammatoa mengatakan bahwa ammatoa diganti tergantung rezekinya jadi bisa kurang dari 3 tahun atau lebih.
Suasana Foto Bersama di Kawasan Adat Ammatoa Kajang
Warna
hitam sudah sangat melekat dengan penduduk desa tersebut. Bentuk rumahnya sama
dan menghadap ke satu arah, keunikan yang lainnya dapur dari setiap rumah
berada di depan sehingga ketika kita memasukinya kita akan di suguhkan langsung
oleh pemandangan dapur. Selain itu juga, kawasan ini tidak tersentuh dengan
teknologi, bahkan listrik sekalipun. Desa ini juga sangat menjunjung tinggi
etika kesopanan.
Ammatoa
juga menjelaskan adat dalam pernikahan seorang wanita bisa menikah jika sudah
pintar memasak maka dari itu kenapa dapur di setiap rumah berada di depan agar
dapat di lihat bahwa anak-anak gadis sudah pandai memasak. Sedangkan untuk
laki-laki harus sudah bisa bekerja dalam artian sudah siap menafkahi
pasangannya ketika sudah menikah.
Kawasan
tersebut masih menyimpan banyak keunikan yang dapat menarik para wisatawan
untuk datang mencari tahunya. Namun kita belum tahu sampai kapan adat tersebut
bisa bertahan karena saat ini sudah banyak perubahan yang terjadi seperti orang
dari kawasan tersebut bisa menikah dengan orang luar dan ini bisa saja
berdampak pada kebudayaan mereka jika terjadi secara besar-besaran.
Penulis : Sitti Mutmadania
0 comments