Sebagai orang yang aktif dan bergelut di dunia kepramukaan, pastinya sangat penting seluk beluk adanya organisasi tersebut. Mengapa? Karena, sebagai anggota Pramuka, kita harus tahu bagaimana sejarah dari organisasi yang kita geluti. Bagaimana organisasi itu bisa ada dan berkembang hingga saat ini? Siapakah orang dibaliknya? Apa saja yang mereka lalui hingga organisasi ini bisa ada sampai sekarang
GuruPendidikan.co.id |
SEJARAH PRAMUKA INDONESIA
Sejarah Pramuka Indonesia berawal pada saat penjajahan Belanda, Penjajahan Jepang, hingga Merdekanya Indonesia.
Pada tahun 1908, Letnan Jenderal Lord Robert Stephensos Smyth Baden Powell of Gilwel dari Inggris melancarkan suatu gagasan tentang pendidikan di luar sekolah untuk anak Inggris, dengan tujuan supaya mereka menjadi menusia Inggris, warga Inggris, dan anggota masyarakat Inggris yang baik, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan kerajaan Inggris Raya ketika itu. Untuk itu beliau mengarang suatu buku yang terkenal, yaitu buku “Scouting for Boys”. Buku ini memuat cerita pengalaman beliau dan latihan apa yang diperlukan untuk para pandu. Gagasan Baden Powell itu jitu, cemerlang dan sangat menarik sehingga dilaksanakan juga di negara-negara lain, diantaranya di Nederland (Panvinder, Padvinderij). Oleh orang Belanda, gagasan itu dibawa dan dilaksanakan juga dijajahannya disini (Nederland Oos Indie), dan didirikan oleh orang-orang Belanda di Indonesia organisasi yang bernama NIPV (Nederland Indische Padvinders Vereeniging = Persatuan Pandu-pandu Hindia Belanda).
Pemimpin-pemimpin dalam pergerakan nasional mengambil alih gagasan Baden Powell, dan dibentuklah orgainisasi-organisasi kepanduan yang bergerak dengan tujuan membentuk manusia yang baik menjadi kader pergerakan nasional. Didirikan bermacam-macam organisasi kepanduan antara lain JPO (Javaanse Panvinders Organizatie), JJP (Jong Java Padvindery), NATIPIJ (Nationale Islamitische Padvindery), SIAP (Sarekat Islam Afdeling Panvindery), HW (Hisbul Wathon) dan sebagainya. Organisasi-organisasi tersebut terus hidup hingga terbentuknya beberapa larangan untuk organisasi-organisasi tersebut.
Sumpah Pemuda yang dicetuskan dalam kongres pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, benar-benar menjiwai pergerakkan Kepanduan Nasional Indonesia untuk bergerak lebih maju. Adanya larangan pemerintah Hindia Belanda kepada kepanduan diluar NIPV untuk menggunakan istilah Panvinder dan Panvindery, maka H. Agus Salim menggunakan istilah pandu dan kepanduan untuk menggantikan istilah asing Padvinder dan Padvindery itu. Dengan meningkatnya kesadaran Nasional Indonesia, maka timbullah niat untuk menggerakkan persatuan antara organisasi-organisasi kepanduan ini menjadi kenyataan pada tahun 1930 dengan adanya INPO (Indonesische Padvinders Organizatie), PK ( Pandu Kesultanan) dan PPS (Pandu Pemuda Sumatra) berdiri menjadi satu organisasi yaitu KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia) kemudian terbentuklah suatu federasi yang dinamakan Persatuan Antar Pandu-pandu Indonesia (PAPI) pada tahun 1931, yang kemudian berubah menjadi Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada tahun 1938. Waktu pendudukan Jepang (perang dunia II) oleh penguasa Jepang di Indonesia organisasi kepanduan di Indonesia itu dilarang adanya tokoh-tokoh pandu banyak yang masuk dalam organisasi Seindendan, Keibodandan, Pembela Tanah Air (PETA).
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diwaktu berkobarnya perang kemerdekaan dibentuklah organisasi kepanduan yang berbentuk kesatuan, yaitu Pandu Rakyat Indonesia pada tanggal 28 Desember 1945 di Solo, sebagai satu-satunya organisasi kepanduan didalam wilayah negara Republik Indonesia. Setelah pengakuan kedaulatan, maka didalam alam liberal, terbukalah kesempatan kepada siapapun untuk membentuk organisasi kepanduan. Berdirilah kembali HW, SIAP, Pandu Islam Indonesia, Pandu Kristen, Pandu Katholik, KBI dal lain-lain. Menjelang tahun 1961 kepanduan Indonesia telah terpecah-pecah menjadi lebih dari 100 organisasi kepanduan, satu keadaan yang terasa sangat lemah, meskipun sebagian dari pada organisasi-organisasi itu terhimpun dalam tiga federasi organisasi-organisasi kepanduan putera dan federasi organisasi-organisasi kepanduan puteri yaitu IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia pada tanggal 13 September 1951), POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia pada tahun 1954) dan PKPI (perserikatan Kepanduan Puteri Indonesia). Tahun 1955 IPINDO berhasil menyelenggarakan Jambore Nasional I di Pasar Minggu, Jakarta. Mengalami kelemahan itu, maka ketiga federasi tersebut melebur diri menjadi satu yang diberi nama PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia). Akan tetapi hanya kira-kira 60 buah saja dari 100 lebih organisasi kepanduan itu yang ikut didalam federasi PERKINDO, dan jumlah anggota secara keseluruhan lebih kurang hanya 500.000 orang.
Di dalam federasi itu sebagian dari 60 oraganisasi-organisasi anggota PERKINDO, terutama yang ada dibawah Onderbouw organisasi politik atau organisasi massa, tetap berhadap-hadapan berlawanan satu sama lain, sehingga tetap terasa lemahnya Gerakan Kepanduan Indonesia. PERKINDO membentuk suatu panitia untuk memikirkan suatu jalan keluar. Panitia itu menyimpulkan bahwa selain terpecah-pecah, gerakan kepanduan Indonesia itu lemah pula karena terpukau dalam cengkeraman gaya lama yang tradisionil dari kepanduan Inggris, pembawaan dari luar negeri. Hal ini mengakibatkan bahwa pendidikan yang diselenggarakan oleh Gerakan Kepanduan Indonesia itu belum disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan bangsa dan masyarakat Indonesia, maka ketika itu Gerakan Kepanduan Indonesia kurang memperoleh tanggapan dari bangsa dan masyarakat Indonesia. Kelemahan Gerakan Kepanduan Indonesia itu masih dipergunakan oleh pihak komunis sebagai alasan untuk memaksa Gerakan Kepanduan Indonesia menjadi Gerakan Pionier Muda seperti yang terdapat di negara-negara Komunis. Akan Tetapi kekuatan Pancasila didalam PERKINDO menentangnya, dan dengan bentuan Perdana Menteri Juanda, dan dengan bantuan mereka menghasilkan Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 238 tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka, yang pada tanggal 20 Mei 1961 ditanda-tangani oleh Ir. Juanda sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia, karena Presiden Soekarno sedang berkunjung ke negeri Jepang.
Gerakan Pramuka adalah suatu perkumpulan yang berstatus non-govermental (bukan badan pemerintah), dan yang berbentuk kesatuan, Gerakan Pramuka diselenggrakan menurut jalan aturan demokrasi, dengan pengurusnya (Kwartir Nasional, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang, Kwartir Ranting) dipilih didalam musyawarah. Semua organisasi-organisasi kepanduan di Indonesia, kecuali yang diselenggarakan oleh komunis melebur diri dalam Gerakan Pramuka. Didalam Keputusan Presiden nomor 238 tahun 1961 tersebut diatas, Gerakan Pramuka oleh pemerintah ditetapkan sebagai satu-satunya badan diwilayah Republik Indonesia yang diperbolehkan menyelenggarakan pendidikan kepramukaan bagi anak-anak dan pemuda-pemuda Indonesia, organisasi lain yang menyerupai, yang sama dan yang sama sifatnmya dengan Gerakan Pramuka dilarang adanya.
Di dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka ditetapkan dasar Gerakan Pramuka adalah Pancasila dan didalam Anggaran Dasar itu ditetapkan pula bahwa Gerakan Pramuka bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda-pemuda Indonesia dengan Prinsip Dasar dan Metodik Pendidikan Kepramukaan yang pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia agar supaya menjadi manusia-manusia Indonesia yang baik, anggota masyarakat Indonesia yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara. Ketentuan didalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka tentang Prinsip Dasar dan Metodik Pendidikan Kepramukaan yang pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia itu yang nyata kemudian membawa banyak perubahan, yang membawa Gerakan Pramuka dapat mengembangkan kegiatannya secara meluas. Prinsip Dasar dan Metodik pendidikan Kepramukaan sebagaimana dirumuskan oleh Lord Robert Baden Powell itu tetap dipegang, akan tetapi cara pelaksanaannya itu dirubah, yaitu diserasikan dengan keadaan dan kebutuhan nasional di Indonesia, dengan keadaan dan kebutuhan lokal masing-masing desa di Indonesia. Gerakan Pramuka itu ternyata jauh lebih kuat organisasinya, dan nyata memperoleh tanggapan dari masyarakat luas, sehingga dalam waktu singkat organisasinya telah berkembang dari kota-kota sampai kampung-kampung dan desa-desa hingga jumlah anggotanya meningkat pesat.
Sumber
Nurhanis, Y. (2019). Perjalanan Panjang Pramuka di Indonesia. Retrieved September 8, 2020, from Indonesia Baik.id: http://indonesiabaik.id/infografis/perjalanan-panjang-pramuka-di-indonesia/
SCOUT. (n.d.). Sejarah Kepramukaan Dunia. Retrieved September 8, 2020, from Scout.org: https://www.scout.org/fr/node/46868
Sejarah Pramuka. (2020). Retrieved September 8, 2020, from Romadecade: https://www.romadecade.org/sejarah-pramuka/
Penulis : Fitria
Editor : Humas UKM Pramuka UNM
0 comments